Total Tayangan Halaman

Selasa, 11 Maret 2014

Baliho Roy Suryo di Wonosari akan ditertibkan


GUNUNGKIDUL - Dinilai melanggar aturan, baliho samar milik Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, akan segera ditertibkan.

Penertiban akan dilakukan, setelah Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) memberikan rekomendasi penertiban kepada KPU dan Satpol PP Gunungkidul, Selasa (11/3/2014).

Pantauan di Jalan Agus Salim Wonosari, baliho milik politisi Partai Demokrat itu membentang di tengah jalan bertuliskan 'Terima kasih Saya kepada Seluruh Masyarakat atas Dukungannya terhadap Rencana Penyelengaraan Peringatan 86th Hari Sumpah Pemuda di Daerah Istimewa Yogyakarta'. Selain itu terdapat foto dan bertuliskan kecil biru 'beri bukti bukan janji'

Anggota Panwaslu Gunungkidul Divisi Pengawasan, Budi Haryanto, mengatakan, baliho itu menyalahi aturan Pasal 59 A Peraturan KPU nomor 15 tahun 2013. Dalam pasal itu dijelaskan kalau pejabat negara, pimpinan, dan anggota DPR yang menjadi caleg dilarang menjadi pemeran iklan layanan masyarakat di institusinya sejak 6 bulan sebelum pemungutan suara.

sumber :
http://jogja.okezone.com/read/2014/03/11/510/953366/salahi-aturan-baliho-samar-roy-suryo-akan-ditertibkan

Minggu, 01 Mei 2011

Pol PP Enggan Operasi Mihol

Pol PP Enggan Operasi Mihol
 GUNUNGKIDUL- Sebagai aparat pemkab, keberadaan Polisi Pamong Praja (Pol PP) di Gunungkidul dalam mengawal perda No 4 tahun 2010 tentang pengendalian minuman beralkohol (mihol) dipertanyakan. Pasalnya, sejak perda tersebut disahkan belum pernah satu perkara ditangani dan diserahkan ke pengadialan. Diduga, minimnya anggaran dalam melakukan operasi menjadi alasan polisi pemkab itu dalam menangkap penjual maupun pemakai.
Penitera Pengadilan Negeri (PN) Wonosari, Fx Subroto Slamet Riyadi didampingi Panitera Muda Pidana, Diranto mengungkapkan, sejak tahun 2010, atau berbarengan dengan pengesahan perda mihol Pol PP belum pernah meneyerahkan satu perkara pun. Padahal, Subroto menambahkan, sebagai aparat penegak hukum pemkab, hendaknya dapat menjalankan kewenangan dalam menegakkan aturan sesuai perda. “Dari tahun 2010 hingga tahun 2011, seluruh perkara mihol yang dilimpahkan di pengadilan tidak satupun berasal dari Pol PP, “ terangnya kepada saat ditemui di kantornya, .
Dijelaskanya, sejak tahun 2010, ada sebanyak 37 perkara tindak pidana ringan (tipiring) miras dipersidangkan. Sementara itu pada tahun 2011 hingga bulan April ini pihaknya telah menangani 15 perkara. “Semuanya ditangani oleh aparat kepolisian, “imbuhnya.
Ia menduga, minimnya jumlah aggaran yang masuk ke pos Pol PP menjadi kendala mereka dalam menegakkan aturan perda. Karena untuk menggelar operasi diperlukan sejumlah anggaran pendukung. “Menurut saya itu yang menjadi kendala, “ kata Subroto.
Lebih luas ia menyampaikan, selama ini pemkab minim sosialisasi terhadap pemberlakuan perda nomor 4 tahun 2010 (pengendalian miras). Diakui, hingga saat ini pihaknya belum memahami betul isi perda. Menurutnya, jika setiap instansi mengetahui setiap baris isi aturan daerah yang mengatur masalah mihol akan mempermudah proses hukum. “Yang kami ingat untuk denda penjual adalah 15 juta. Selebihnya kami belum mengetahui, termasuk pengguna bagaimana prosesnya, “ imbuh pria murah senyum ini.
Sementara itu kasat Pol PP Budi Susanto ketika dihubungi melalui sambungan telpon tidak menampik, bahwa selama ini belum pernah menggelar razia terhadap pengendalian mihol. Hal ini disebabkan masih menunggu perbup. “Kami juga belum dapat mengatakan kapan mulai dilaksanakan razia terhadap pengendalian mihol, “ ujarnya.

Enam Pembalap Gunungkidul Ikuti Kejur Asean

Enam Pembalap Gunungkidul Ikuti Kejur Asean
Jumat, 29 April 2011 16:32:00
Ilustrasi. (Foto : Dok)
WONOSARI (KRjogja.com) - Bupati Gunungkidul Hj Badingah S Sos menerima enam pembalap asal Gunungkidul di kantor bupati setempat, Jumat (29/4). Keenam warga Gunungkidul meliputi Sudarmono, Sigit PD, Tri cahyono, Yoga, Asep Eko dan Martin yang berencana akan mengikuti laga kejuaraan balap motor Asia Tenggara di Malaysia pada 1 hingga 2 Mei mendatang.
Dalam kesempatan tersebut, Badingah menyampaikan, mengatasi maraknya  balap motor liar, serta banyaknya warga yang berprestasi dalam berbagai kegiatan road race, maka di Wonosari sudah layak untuk dibangun dirkuit motor. “Dengan sirkuit itu diharapkan olahraga balap sepeda motor bisa dikembangkan dan menelurkan bibit berprestasi untuk mengangkat nama daerah. Coba nanti kita upayakan adanya sirkuit untuk latihan,” ungkapnya.
Sementara Kepala Seksi Pemuda Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) pemkab Gunungkidul, Agus Mantara SIP  yang turut mendampingi pamitan tersebut menyampaikan beberapa pembalap diantaranya masih duduk di bangku SLTA, maka pihaknya akan mengupayakan kemudahan perizinan meninggalkan sekolah. Disdikpora Gunungkidul juga berpesan agar para pembalap yang masih pelajar tidak melupakan prestasi akademis. “Gunungkidul memiliki banyak potensi pembalap, memang harus disupport” ujarnya.
Salah satu pembalap yang sudah menasional bahkan internasional, seperti Sudarmono. Pria kelahiran Wonosari ini mengawali karir balapnya di Kejurda Roadrace Wonosari ditahun 2003. Sempat meraih lima besar Asia - Fim Asian GP, Malaysia tahun 2009. (Bmp)http://www.krjogja.com/news/detail/81615/Enam.Pembalap.Gunungkidul.Ikuti.Kejur.Asean.html

'Minim transportasi, maksimal prestasi'

'Minim transportasi, maksimal prestasi'
Senin, 02 Mei 2011 09:22:23
2011050292223_catur.jpg
Meski sulit terjangkau transportasi, semangat siswa SDN Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong untuk bersekolah tak surut. Beberapa murid dari Dusun Ngampelombo, Nglumpit, Desa Sumberan, bahkan harus berjalan menapaki gunung sejauh tiga kilometer (km) agar sampai di sekolah yang terletak 10 km ke timur laut dari Ibukota Kecamatan Ponjong.

Akan tetapi, di tengah keterbatasan, terdapat kilauan prestasi yang cukup membanggakan. Sejumlah muridnya cukup bebakat di bidang catur. Pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OOSN) tingkat  Gunungkidul 2011 pada Maret lalu, beberapa murid berhasil menyabet juara catur.

Ninda Rahmawati, siswa kelas V berhasil menjadi juara I klasik catur putri, Zalsha dari kelas III juara II catur klasik putri, dan Ginanjar kelas IV juara harapan I catur cepat. Sebelumnya, salah satu siswa SDN Klumpit, Nandita Senja Farrahmawati mewakili Gunungkidul pada catur cepat putri 2010 tingkat Provinsi DIY. Selain itu pencak silat pada tahun yang sama juga meraih prestasi 

Guru olahraga SD N Klumpit, Isrori Teguh Aprianto menuturkan ekstrakuler tambahan menjadi penyebab anak didiknya berprestasi dalam hal catur. Selain itu siswa juga didorong adu otak di papan catur ketika istirahat jam pelejaran.

“Biasanya kalau waktu istirahat [15 menit], siwa kebanyakan lebih banyak bermain saja. Saya mencoba untuk mendorong agar mereka mengisi istirahat dengan bermain catur,” terangnya kepada Harian Jogja, pekan lalu.

Kepala sekolah SDN Klumpit, Syamsudin, 42, mengungkapkan sekolah yang dia pimpin dibatasi  berbagai persoalan, terutama karena letaknya yang terpencil. Saking pelosoknya, sinyal internet tidak terdapat di sana.

“Sekolah kami padahal sekolah pertama di Kecamatan Ponjong yang menggunakan layanan multmedia, namun ironisnya sinyal internet tidak ada,” ujarnya.(Wartawam Harian Jogja/Kurniyanto)

http://www.harianjogja.com/beritas/detailberita/HarjoBerita/23364/minim-transportasi-maksimal-prestasi-view.html

Pengurus PAN Gunungkidul DilantikPDFPrint
Monday, 02 May 2011
GUNUNGKIDUL – Kepengurusan DPD PAN Gunungkidul yang baru akhirnya dilantik. Pelantikan pengurus partai tingkat kabupaten ini terbilang istimewa. Sejumlah pengurus DPP tampak ikut menghadiri acara pelantikan ini.

Pelantikan dilakukan oleh Ketua DPW PAN DIY Immawan Wahyudi. Dalam pelantikan yang berlangsung di Balai Desa Wonosari tersebut,Immawan mengakui jika pelantikan DPD PAN Gunungkidul sangat istimewa. ’’Di DIY hanya Gunungkidulah yang dihadiri jajaran DPP PAN,lainnya tidak pernah,’’ ujarnya dalam orasi di hadapan ratusan kader PAN yang memadati Balai Desa Wonosari. Sekjen DPP PAN Taufik Kurniawan kemarin memang tampak hadir dalam agenda tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Immawan menyampaikan tiga pesan terhadap pengurus PAN Gunungkidul. Pertama, dia meminta semua pengurus untuk menjalin kerjasama yang harmonis dan tidak sekali-kali mengembangkan egosentralisme, apalagi tidak sesuai dengan visi dan misi partai.Immawan juga mengajak kader mengembangkan partai dengan berbagai program dengan ’’menghadirkan’’ Tuhan.

Dan yang terkahir mengajak semua pihak menyadari bahwa keberhasilan seorang pengurus bukan karena jabatannya, tetapi justru peran strategis dalam aspek sosial yang dilakukan. Bupati Gunungkidul Badingah yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengakui jika dirinya sudah tiga kali diusung oleh PAN,

pertama sebagai wakil bupati saat mendampingi Suharto, kemudian menjadi wakil bupati saat medampingi Sumpeno Putro dan terakhir diangkat menjadi bupati. ’’Jadi saya tidak mungkin melupakan PAN,’’ kata dia. Sementara itu dalam kepengurusan yang baru, Ketua DPD dijabat oleh M Dody Wijaya, Sekretaris Sukrisna dan Bendahara Amri Dwi Sucahya.http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/395971/

Harga Cabai Terus Merosot

Harga Cabai Terus Merosot
GUNUNGKIDUL- Terinspirasi meroketnya harga semua jenis cabai beberapa waktu 
lalu, petani Gunungkdiul, Yogyakarta, beramai-ramai melakukan penanaman. Namun 
sayang, saat musim panen tiba harganya justru anjlok. Diduga, menurunya harga 
disebabkan tingginya animo masyarakat menanam cabai dan berimbas pada berkurang 
jumlah permintaan, dan menurunnya kualitas cabai akibat cuaca.
Salah seorang petani pembibitan cabai di Kecamatan Karangmojo, Ning Sarjono (40) 
mengakui, sejak terjadi lonjakan harga cabai di pasaran dalam beberapa bulan 
terakhir permintaan bibit cabai semaian miliknya menjadi meningkat tajam. Dia 
menduga, karena jumlah petani cabai dadakan meningkat tajam maka berimbas pada 
menurunya harga. 
“dalam beberapa bulan terakhir permintaan bibit bisa mencapai 30 ribu batang 
perbualan,  “ ujarnya Rabu 27/4/2011
Sementara itu Jumini (50) penjual sayur yang menggelar dagangan di Pasar 
Argosari, Wonosari membenarkan menurunya harga semua jenis cabai 
tersebut.  Anjlok harga cabai, mulai terjadi sejak beberapa hari yang lalu. 
Harga jenis cabai dari Rp 20 ribu, anjlok menjadi Rp 6 ribu. Sementara cabai 
rawit dari Rp 30 ribu, turun menjadi Rp 25 ribu.
“Untuk lombok ijo, semula Rp 24 ribu saat ini harganya Rp 8 ribu. Naik repot, 
harga turunpun kami juga kerepotan karena tidak ada yang beli, “ ujarnya pasrah.
Sementara dihubungi terpisah, kepala Bidang dan Prasarana dinas pangan dan 
holtikultura Gunungkidul Azman Latif, mengatakan penurunan harga cabai merupakan 
bagian dari hukum dagang, dimana jumlah barang produksi melimpah dan penurunan 
permintaan.
“banyaknya petani lokal menanam cabai mendorong meningkatnya jumlah produksi 
sehingga harga semakin menurun, dan kualitas cabai tidak sebaik panen 
sebelumnya”katanya
Lebih lanjut, Azman, menduga menurunnya kualitas cabai, akibat tingginya curah 
hujan yang beberapa bulan terakhir mengguyur wilayah Gunungkidul, sehingga ikut 
berpengaruh terhadap harga cabai.

Gunungkidul Marak Penambangan Liar Karst

Gunungkidul Marak Penambangan Liar Karst
GUNUNGKIDUL-Belum adanya perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di 
Gunungkidul, Yogyakarta, menyebabkan para penambang dan pengusaha pertambangan 
kesulitan untuk mendapatkan izin. Dengan masalah ini, berakibat aksi penambangan 
batu karst liar, semakin marak dan sulit dikendalikan. Penambangan tergolong 
liar dan semakin merusak kawasan karst.
Dari  pantauan  beberapa kawasan penambangan diantaranya Kecamatan Ponjong, 
Semin, Nglipar dan Ngawen, meskipun tidak mempunyai izin tetapi puluhan 
penambang tetap melakukan aktivitasnya dengan menggali batu kapur. Hasil 
penambangan rakyat ini selanjutnya disetorkan pada pengusaha pertambangan, dan 
diolah dalam bentuk batu giling atau dibuat berbagai jenis kerajinan diantaranya 
ornamen atau tegel bangunan.
“dari menambang saya memperoleh uang, dan sekarang kondisi semakin sulit, 
apalagi sekarang tidak ada pekerjaan di sawah” kata Pahing salah satu warga di 
Kecamatan Ponjong kepada wartawan 29/4/2011
Bahkan, ia mengaku tidak tahu jika tindakannya dengan menambang harus dengan 
izin, dan tempatnya harus sesuai ketentuan pemerintah.
“selama saya menambang belum pernah meminta ijin, dahulu ada penyuluhan namun 
tidak berlanjut, dan kami hany diberitahu tentang keselamatan “imbuhnya
Dihubungi terpisah Ketua Himpunan Pengusaha Pertambangan (HPP) Gunungkidul 
Sambudi mendesak pemkab Gunungkidul agar perda RTRW dituntaskan dengan berbagai 
aturan ditingkat lapangan. 
“Kalau molor terus, akibatnya seperti ini. Kita sulit mengendalikan terjadinya 
penambangan, karena ini sudah menjadi pekerjaan pokok, dan belum mengetahui 
daerah mana yang boleh dan tidak ditambang” katanya
Sementara, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan 
(Disperindakoptam) Gunungkidul Budi Susanto mengakui sebagian besar izin 
pertambangan yang harus dimiliki usaha penambangan, sudah habis.
“Sebagian besar izin usaha penambangan sudah habis, tinggal satu pengusaha yang 
memiliki izin penambangan di wilayah Kecamatan Panggang. Dan bulan Agustus 2011 
sudah habis izinnya” jelasnya.