Matahari mulai tenggelam diperaduannya, angin berdesir di sela pepohonan rindang tanda malam mulai datang di sebuah dusun di pinggiran kota yogyakarta. Malam itu tepat Peringatan kemerdekan RI ke-65 mungkin tidak begitu terasa bagi puluhan kepala keluarga di Dusun Suruh, Hargomulyo, Gedangsari Gunungkidul. Dusun yang terletak di perbatasan Gunung Kidul - Klaten terletak di lereng perbukitan Karst, sampai detik ini tempat tinggal mereka belum di aliri listrik.
Suara adzan maghrib yang biasanya oleh masyarakat lain terdengar jelas menandakan waktu berbuka puasa di susun ini cuma terdengar sayub-sayub terbawa angin. terdengar suara agak parau menyapa wajahnya kurang jelas karena disela sinar lampu ting "monggo mas mampir, badhe tindak pundi?"(sini mas mampir, mau kemana) sapa pria tua ditemani sang istri duduk dibalai depan rumah yang terbuat dari anyaman bambu berlantai tanah. , terlihat disampingnya terdapat sepiring ketela rebus dan dua cangkir teh. kami pun ikut duduk bersama. dengan kerutan diwajahnya tidak bisa menyembunyikan umur yang sudah menginjak senja. Karyo suminto(85) . ia menyapa ramah kepada kami, setelah berkenalan kami pun bercerita, salah satu yang menarik ialah sejak dia lahir sampai sekarang belum pernah merasakan nikmatnya penerangan listrik. " dereng nate kesetrum mas kulo"(belumpernah kesetrum saya)ujarnya sedikit berkelakar memecah kesunyian. ia melanjutkan cerita sambil mengisi lampu minyak yang terbuat dari bekas kaleng susu, lalu menyuruh sang istri menaruh di kamar agar tidak dimasuki hewan malam. ia kembali cerita jika sebagian besar penduduk disini menggantungkan hidupnya dari bertani tadah hujan, hampir selalu makan nasi thiwul. sambil ia memijit bagian tubuhnya sendiri pertanda sudah mulai mengantuk.
setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan ke rumah yang lain., di samping rumah kami bertemu sumarto (60) ia sedang menemani anaknya siti (14) belajar di terangi lampu petromak (lampu minyak agak terang) ia mempersilahkan kami untuk mampir," ya beginilah kalu belajar mas harus menyalakan lampu petromak biar terang"ungkapnya seraya membantu merapikan buku pelajaran anaknya
Ia bercerita dirinya dan warga disini pernah mendapatkan "angin surga", ketika itu sekitar tahun 2000 pernah ada pendataan oleh PLN. Ia dan warga dusun membayangkan setiap malam anak-anak mereka belajar tenang tanpa terkendala penerangan, atau mungkin ingin melihat wajah-wajah wakil rakyat yang duduk disenayan atau di DPRD GunungKidul melalui TV yang mungkin selama ini hanya didapat dari cerita, atau malah mungkin mereka tidak mengetahui jika memiliki wakil rakyat entahlah.. Impian demi impian pun sirna ketika mereka harus iuran untuk membeli Kabel dan Tiang Listrik serta ditambah biaya pemasangan yang harganya tidak mungkin terjangkau oleh mereka.ia menambahkan setiap bulan harus mengeluarkan uang rata2 150 ribu rupiah untuk membeli minyak tanah. jika minyak langka maka terpaksa tanpa penerangan dimalam hari.
hal sama dirasaka Rika(30) ia membuka usaha jahit namun ia masih menjalankan mesin secara manual, " bagaimana mau bisa maju mas?" ia belum bisa menambah hasil usahnya dikarenakan keterbatasan peralatan. Belum tersedianya listrik menjadikan dusun ini terkendala dari berbagai segi baik ekonomi maupun informasi, jangankan goyangan shinta-jojo dengan keong racunnya, untuk penerangan pun tideak ada... salah siapa entahlah apakah kita akan menyalahkan alam..??
tak terasa waktu menunjukkan pukul 8 malam kami harus bergegas pulang karena jalan memang tergolong sulit dan gelap. kami pun harus meninggalkan desa "gelap"
pada bagian lain hal sama dirasakan oleh sebagian nelayan di selatan gunungkidul, perekonomian mereka belum bisa maksimal karena hasil tangkapan ikan belum bisa diolah secara maksimal dikarenakan belum adanya aliran listrik.
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 Kecamatan dan 144 desa. dengan luas dan terkendalanya akses mnasuk ke daerah ini menjdaikannya "agak" tertinggal dengan kabupaten lain di Yogyakarta,
Itu Sedikit potret dimana listrik yang mungkin belum menjadi bagian hidup ditahun 2010 saat ini, kita tunggu pernyataan dirut PLN yang ingin membuat semakin dikenal publik...ini sekelumit pernyataan Dahlan Iskan "Dendam yang sama kini muncul di jiwa saya. Saya harus membuat PLN lebih terkenal daripada bandara Soekarno-Hatta. Dengan demikian kalau suatu saat ada mati lampu lagi di Bandara Soekarno-Hatta, orang tidak lagi menghujat PLN. Saya serahkan kepada-Nya mengenai hasilnya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar