Harga Cabai Terus Merosot
GUNUNGKIDUL- Terinspirasi meroketnya harga semua jenis cabai beberapa waktu
lalu, petani Gunungkdiul, Yogyakarta, beramai-ramai melakukan penanaman. Namun
sayang, saat musim panen tiba harganya justru anjlok. Diduga, menurunya harga
disebabkan tingginya animo masyarakat menanam cabai dan berimbas pada berkurang
jumlah permintaan, dan menurunnya kualitas cabai akibat cuaca.
Salah seorang petani pembibitan cabai di Kecamatan Karangmojo, Ning Sarjono (40)
mengakui, sejak terjadi lonjakan harga cabai di pasaran dalam beberapa bulan
terakhir permintaan bibit cabai semaian miliknya menjadi meningkat tajam. Dia
menduga, karena jumlah petani cabai dadakan meningkat tajam maka berimbas pada
menurunya harga.
“dalam beberapa bulan terakhir permintaan bibit bisa mencapai 30 ribu batang
perbualan, “ ujarnya Rabu 27/4/2011
Sementara itu Jumini (50) penjual sayur yang menggelar dagangan di Pasar
Argosari, Wonosari membenarkan menurunya harga semua jenis cabai
tersebut. Anjlok harga cabai, mulai terjadi sejak beberapa hari yang lalu.
Harga jenis cabai dari Rp 20 ribu, anjlok menjadi Rp 6 ribu. Sementara cabai
rawit dari Rp 30 ribu, turun menjadi Rp 25 ribu.
“Untuk lombok ijo, semula Rp 24 ribu saat ini harganya Rp 8 ribu. Naik repot,
harga turunpun kami juga kerepotan karena tidak ada yang beli, “ ujarnya pasrah.
Sementara dihubungi terpisah, kepala Bidang dan Prasarana dinas pangan dan
holtikultura Gunungkidul Azman Latif, mengatakan penurunan harga cabai merupakan
bagian dari hukum dagang, dimana jumlah barang produksi melimpah dan penurunan
permintaan.
“banyaknya petani lokal menanam cabai mendorong meningkatnya jumlah produksi
sehingga harga semakin menurun, dan kualitas cabai tidak sebaik panen
sebelumnya”katanya
Lebih lanjut, Azman, menduga menurunnya kualitas cabai, akibat tingginya curah
hujan yang beberapa bulan terakhir mengguyur wilayah Gunungkidul, sehingga ikut
berpengaruh terhadap harga cabai.
Total Tayangan Halaman
Minggu, 01 Mei 2011
Gunungkidul Marak Penambangan Liar Karst
Gunungkidul Marak Penambangan Liar Karst
GUNUNGKIDUL-Belum adanya perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di
Gunungkidul, Yogyakarta, menyebabkan para penambang dan pengusaha pertambangan
kesulitan untuk mendapatkan izin. Dengan masalah ini, berakibat aksi penambangan
batu karst liar, semakin marak dan sulit dikendalikan. Penambangan tergolong
liar dan semakin merusak kawasan karst.
Dari pantauan beberapa kawasan penambangan diantaranya Kecamatan Ponjong,
Semin, Nglipar dan Ngawen, meskipun tidak mempunyai izin tetapi puluhan
penambang tetap melakukan aktivitasnya dengan menggali batu kapur. Hasil
penambangan rakyat ini selanjutnya disetorkan pada pengusaha pertambangan, dan
diolah dalam bentuk batu giling atau dibuat berbagai jenis kerajinan diantaranya
ornamen atau tegel bangunan.
“dari menambang saya memperoleh uang, dan sekarang kondisi semakin sulit,
apalagi sekarang tidak ada pekerjaan di sawah” kata Pahing salah satu warga di
Kecamatan Ponjong kepada wartawan 29/4/2011
Bahkan, ia mengaku tidak tahu jika tindakannya dengan menambang harus dengan
izin, dan tempatnya harus sesuai ketentuan pemerintah.
“selama saya menambang belum pernah meminta ijin, dahulu ada penyuluhan namun
tidak berlanjut, dan kami hany diberitahu tentang keselamatan “imbuhnya
Dihubungi terpisah Ketua Himpunan Pengusaha Pertambangan (HPP) Gunungkidul
Sambudi mendesak pemkab Gunungkidul agar perda RTRW dituntaskan dengan berbagai
aturan ditingkat lapangan.
“Kalau molor terus, akibatnya seperti ini. Kita sulit mengendalikan terjadinya
penambangan, karena ini sudah menjadi pekerjaan pokok, dan belum mengetahui
daerah mana yang boleh dan tidak ditambang” katanya
Sementara, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan
(Disperindakoptam) Gunungkidul Budi Susanto mengakui sebagian besar izin
pertambangan yang harus dimiliki usaha penambangan, sudah habis.
“Sebagian besar izin usaha penambangan sudah habis, tinggal satu pengusaha yang
memiliki izin penambangan di wilayah Kecamatan Panggang. Dan bulan Agustus 2011
sudah habis izinnya” jelasnya.
GUNUNGKIDUL-Belum adanya perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di
Gunungkidul, Yogyakarta, menyebabkan para penambang dan pengusaha pertambangan
kesulitan untuk mendapatkan izin. Dengan masalah ini, berakibat aksi penambangan
batu karst liar, semakin marak dan sulit dikendalikan. Penambangan tergolong
liar dan semakin merusak kawasan karst.
Dari pantauan beberapa kawasan penambangan diantaranya Kecamatan Ponjong,
Semin, Nglipar dan Ngawen, meskipun tidak mempunyai izin tetapi puluhan
penambang tetap melakukan aktivitasnya dengan menggali batu kapur. Hasil
penambangan rakyat ini selanjutnya disetorkan pada pengusaha pertambangan, dan
diolah dalam bentuk batu giling atau dibuat berbagai jenis kerajinan diantaranya
ornamen atau tegel bangunan.
“dari menambang saya memperoleh uang, dan sekarang kondisi semakin sulit,
apalagi sekarang tidak ada pekerjaan di sawah” kata Pahing salah satu warga di
Kecamatan Ponjong kepada wartawan 29/4/2011
Bahkan, ia mengaku tidak tahu jika tindakannya dengan menambang harus dengan
izin, dan tempatnya harus sesuai ketentuan pemerintah.
“selama saya menambang belum pernah meminta ijin, dahulu ada penyuluhan namun
tidak berlanjut, dan kami hany diberitahu tentang keselamatan “imbuhnya
Dihubungi terpisah Ketua Himpunan Pengusaha Pertambangan (HPP) Gunungkidul
Sambudi mendesak pemkab Gunungkidul agar perda RTRW dituntaskan dengan berbagai
aturan ditingkat lapangan.
“Kalau molor terus, akibatnya seperti ini. Kita sulit mengendalikan terjadinya
penambangan, karena ini sudah menjadi pekerjaan pokok, dan belum mengetahui
daerah mana yang boleh dan tidak ditambang” katanya
Sementara, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan
(Disperindakoptam) Gunungkidul Budi Susanto mengakui sebagian besar izin
pertambangan yang harus dimiliki usaha penambangan, sudah habis.
“Sebagian besar izin usaha penambangan sudah habis, tinggal satu pengusaha yang
memiliki izin penambangan di wilayah Kecamatan Panggang. Dan bulan Agustus 2011
sudah habis izinnya” jelasnya.
abk dibantu
http://sports.okezone.com/read//2011/04/20/36/448127/atlet-basket-amerika-latih-abk
Atlet Basket Amerika Latih ABK
Rabu, 20 April 2011 13:33 wib
0 0Email0
Anak Berketubuhan Khusus Dilatih Atlet Amerika. Foto: Markus Yuwono/Trijaya
GUNUNGKIDUL- Jeff Townsend (33), atlet cacat nasional Amerika, melatih sedikitnya 65 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengikuti latihan Bola Basket kursi roda yang digelar oleh Disdikpora Gunungkidul, Yogyakarta di lapangan Sanggar Kegiatan Belajar.
Selain sebagai upaya menumbuhkan bibit atlet di kalangan ABK, kegiatan tersebut sebagai hiburan serta olahraga kesehatan. Rabu (20/4/2011), Townsend mengatakan sudah bermain basket dengan orang yang menggunakan kursi roda sudah 14 tahun.
Bahkan telah bermain di berbagai Negara dalam ajang kompetisi basket ABK, sejak tahun 2005. “ABK itu hanya ada dua pilihan sedih atau gembira, jadi bagaimana cara memaknai, saya lebih memilih untuk bergembira dan mengajak anak indonesia untuk bergembira,” katanya kepada wartawan.
Sementara, pelatih atlet ABK Gunungkidul, Jangkung Ariwibowo menyatakan, dalam latihan tersebut diperkenalkan cara bermain bola basket bagi ABK. Selain basket beberapa cabang olahraga seperti tenis meja, bola voli, badminton dan sepak bola juga turut diberikan materi kepada para ABK.
“Semua peralatan bantuan dari Amerika, kami hanya menyediakan tempat. Tapi ini baru mengcover 3 sekolah. Tiga sekolah ini semua dapat bantuan alat seperti kursi roda basket. Jadi ada 6 sekolah yang belum. Mudah-mudahan tahun depan semua sekolah di Gunungkidul bisa memperoleh bantuan,” ujarnya.
Para siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan yang baru pertama kali dilakukannya. Salah satunya adalah Amanda Rifki Febrianti (10) salah satu anak yang mengalami tunadaksa, Meski tidak bisa mengekspresikan dengan bahasa verbal, terlihat dia bersemangat dalam bermain bola.
Sementara Jumini (60), salah satu orang tua salah seorang murid Yuli dari SDLB Wonosari mengaku sangat senang anaknya dilatih berolahraga, karena mampu membuat anaknya lebih percaya diri dan semakin tidak tergantung pada orang lain. “Semoga, anak saya menjadi lebih pintar dan mampu mengurus dirinya sendiri,” harapnya.
Selain sebagai upaya menumbuhkan bibit atlet di kalangan ABK, kegiatan tersebut sebagai hiburan serta olahraga kesehatan. Rabu (20/4/2011), Townsend mengatakan sudah bermain basket dengan orang yang menggunakan kursi roda sudah 14 tahun.
Bahkan telah bermain di berbagai Negara dalam ajang kompetisi basket ABK, sejak tahun 2005. “ABK itu hanya ada dua pilihan sedih atau gembira, jadi bagaimana cara memaknai, saya lebih memilih untuk bergembira dan mengajak anak indonesia untuk bergembira,” katanya kepada wartawan.
Sementara, pelatih atlet ABK Gunungkidul, Jangkung Ariwibowo menyatakan, dalam latihan tersebut diperkenalkan cara bermain bola basket bagi ABK. Selain basket beberapa cabang olahraga seperti tenis meja, bola voli, badminton dan sepak bola juga turut diberikan materi kepada para ABK.
“Semua peralatan bantuan dari Amerika, kami hanya menyediakan tempat. Tapi ini baru mengcover 3 sekolah. Tiga sekolah ini semua dapat bantuan alat seperti kursi roda basket. Jadi ada 6 sekolah yang belum. Mudah-mudahan tahun depan semua sekolah di Gunungkidul bisa memperoleh bantuan,” ujarnya.
Para siswa terlihat antusias mengikuti kegiatan yang baru pertama kali dilakukannya. Salah satunya adalah Amanda Rifki Febrianti (10) salah satu anak yang mengalami tunadaksa, Meski tidak bisa mengekspresikan dengan bahasa verbal, terlihat dia bersemangat dalam bermain bola.
Sementara Jumini (60), salah satu orang tua salah seorang murid Yuli dari SDLB Wonosari mengaku sangat senang anaknya dilatih berolahraga, karena mampu membuat anaknya lebih percaya diri dan semakin tidak tergantung pada orang lain. “Semoga, anak saya menjadi lebih pintar dan mampu mengurus dirinya sendiri,” harapnya.
http://news.okezone.com/read/2011/04/22/340/448935/antisipasi-bom-polisi-periksa-jemaah-salat-jumat
Antisipasi Bom, Polisi Periksa Jemaah Salat Jumat
Jum'at, 22 April 2011 13:41 wib
0 5Email0
Polisi melakukan pemeriksaan terhadap seorang jamaah Salat Jumat (Foto: Markus/Trijaya)
GUNUNGKIDUL- Polisi memeriksa seluruh jemaah yang akan melaksanakan salat Jumat di Masjid Baitul Hidayah lingkungan Polres Gunungkidul, Yogyakarta. Ini dilakukan untuk mengantisipasi aksi bom seperti yang pernah terjadi di masjid Mapolresta Cirebon.
Puluhan jamaah yang berasal dari masyarakat umum diperiksa oleh polisi di pintu masuk Polres menggunakan metal detector. Polisi juga menggeledah bawaan jemaah tanpa kecuali.
Petugas jaga dan provost tidak hanya memeriksa, namun juga menanyakan identitas warga yang ingin melaksanakan salat Jumat. Setiap Jumat, masjid di kompleks Polres selalu dipadati masyarakat sekitar.
Kapolres Gunungkidul Asep Nalaludin mengatakan, polisi melakukan ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti teror bom dan gangguan keamanan lainnya.
“Kami tidak mau kecolongan terhadap teror bom dan gangguan Kamtibmas yang lainnya,” kata Asep Nalaludin kepada wartawan, Jumat (22/4/2011).
Menurut salah seorang jemaah, Gunawan (30), dirinya sempat kaget sewaktu diperiksa di pos keamanan. Karena dia sering salat Jumat di sana, dan baru kali pertama diperiksa. Meski jemaah harus segera melakukan kewajiban salat, semua rela diperiksa oleh petugas.
“Kaget sewaktu diperiksa oleh petugas dan sempat was-was juga, namun tidak apa-apa demi keamanan kita bersama,” tuturnya
Puluhan jamaah yang berasal dari masyarakat umum diperiksa oleh polisi di pintu masuk Polres menggunakan metal detector. Polisi juga menggeledah bawaan jemaah tanpa kecuali.
Petugas jaga dan provost tidak hanya memeriksa, namun juga menanyakan identitas warga yang ingin melaksanakan salat Jumat. Setiap Jumat, masjid di kompleks Polres selalu dipadati masyarakat sekitar.
Kapolres Gunungkidul Asep Nalaludin mengatakan, polisi melakukan ini untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti teror bom dan gangguan keamanan lainnya.
“Kami tidak mau kecolongan terhadap teror bom dan gangguan Kamtibmas yang lainnya,” kata Asep Nalaludin kepada wartawan, Jumat (22/4/2011).
Menurut salah seorang jemaah, Gunawan (30), dirinya sempat kaget sewaktu diperiksa di pos keamanan. Karena dia sering salat Jumat di sana, dan baru kali pertama diperiksa. Meski jemaah harus segera melakukan kewajiban salat, semua rela diperiksa oleh petugas.
“Kaget sewaktu diperiksa oleh petugas dan sempat was-was juga, namun tidak apa-apa demi keamanan kita bersama,” tuturnya
Imigran Gelap Diamankan Polisi Gunungkidul
Imigran Gelap Diamankan Polisi
GUNUNGKIDUL- Sebanyak delapan imigran gelap asal Iran diamankan Kepolisian Resort Gunungkidul, Yogyakarta, sekitar pukul 15.00 siang tadi di pantai Gesing kecamatan Panggang, mereka diduga akan berlayar menuju kepulau christmas australia, sebagian besar tidak membawa dokumen.
Berdasarkan informasi yang dihimpun , kedelapan imigran tersebut didaratkan oleh salah satu perahu jukung lokal bertuliskan “ Rizki Barokah” diantarkan dari pantai glagah menuju pantai gesing. Sementara perahu misterius itu langsung meninggalkan pantai setelah menurunkan kedelapan imigran tersebut. Supardi, nelayan pantai Gesing yang mengetahui keberadaan imigran tersebut mengaku kaget ketika melihat orang asing di sekitar pantai gesing. Akhirnya dia melapor ke Mapolsek setempat untuk ditindaklanjuti.
Mereka yang berhasil diamankan masing-masing, Abbis Zahirin (27), Hassan Tolibi Khanahi (22), Mohamad Maliki (27), Nasar Aslam (35), asqar Talai (33), AliAzhar JafarBatiht (33), Mahdi Baedi Mashady Nejach (27), dan Hassein Shahi Sayadi (27), semua berkebangsaan Iran.
Salah seorang imigran bernama Hassan Tolibi Khanahi dalam pemeriksaan kepolisian mengungkapkan, kapal besar yang berhasil meloloskan diri jumlahnya lebih banyak. Sebagian besar imigran menggunakan bahasa persia, dan mengaku sebagai turis yang sedang berlibur ke Indonesia.
“Mungkin jumlahnya puluhan, karena saya tidak mungkin menghitung satu persatu “ kata Hassan dengan menggunakan bahasa inggris kepada wartawan 25/4/2011
Menurut kapolres Gunungkidul Asep Nalalludin, menjelaskan, dari delapan imigran asal iran ini, tiga diantaranya memiliki paspor.
“ada dua kemungkinan, yang pertama mereka meninggalkan pulau christmas karena disana sedang ada razia, atau sebaliknya mereka akan menuju kesana”kata Asep
Lebih lanjut, asep, menjelaskan penanggkapan ini wujud dari kerjasama anatar polisi dengan masyrakat yang sudah mulai sadar, bahwa membantu imigran gelap ialah perbuatan melanggar hukum.
“informasi ini diperoleh dari warga sekitar, dan langsung memberitahukan kepada kami”imbuhnya
Saat ini kedelapan imigran masih berada di mapolres menunggu proses, untuk dibawa ke imigrasi Yogyakarta. Sebagai informasi hari ini dibantul juga diamankan 6 orang berasal dari Iran, saat ini masih berada di polair pantai Depok
Harga Sapi Anjlok,
Harga Sapi Anjlok, DPR RI Bentuk Tim Investigasi
GUNUNGKIDUL- Menurunnya harga jual sapi lokal, membuat peternak dan petani Gunungkidul, Yogyakarta tiga bulan terakhir membuat para peternak sapi gulung tikar. Keluhan peternak sapi kini mulai direspon oleh anggota dewan pusat. Ironisnya harga sapi menurun drastis, sementara harga daging masih melambung tinggi mencapai 63 ribu per kilo.
Sebulan terakhir Gunungkidul kerap menjadi gerbang para pengusaha ternak sapi dalam skala besar sebagai tempat kulakan. Pengusaha luar daerah lebih memilih membeli sapi di bumi handayani karena harganya paling murah dibanding daerah lainnya.
Menanggapai hal itu Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan, saat kunjungan ke Gunungkidul pihaknya tengah membentuk tim investigasi soal menurunnya harga sapi.
“Tim itu nantinya akan mengidentifikasi penyebab mengapa harga sapi begitu memprihatinkan, masak harga daging lebih mahal dari sapi” ungkap Taufik, kepada wartawan 1/5/2011
Menurutnya tim tersebut akan dibentuk oleh DPR dengan beranggotakan legislatif (Komisi IV DPR RI) dan eksekutif atau dari beberapa kementrian yang bertugas menangani polemik sapi impor. Taufik pun tidak menampik, bahwa penyebab turunnya harga sapi disebabkan oleh adanya sapi impor dari Australia.
“pemerintah harus mengkaji ulang kebijakan itu, karena sangat merugikan petani dan peternak”imbuhnya
Pihaknya berharap dengan dibentuknya tim tersebut harga sapi kembali normal dalam waktu dekat. Ia memahami berbagai masukan dari masyarakat masuk ke senayan terutama anjloknya harga sapi.
“semoga permasalahan ini cepat selesai, dan harga kembali normal”katanya
Sementara Bupati Gunungkidul, Badingah, mengatakan pihaknya sudah mengirim data ke pemerintah pusat terkait anjloknya harga sapi. Data tersebut menjadi bagian dari referensi bagi DPR RI untuk melakukan investigasi.
“kita sudah mengirimkan data harga ke pusat, dan melakukan koordinasi, untuk segera menyelesaikan masalah ini”katanya
Hingga kini, harga daging sapi masih berada pada tingkat harga Rp 63 ribu perkilogramnya. Menurut keterangan Susi (43), salah satu penjual daging sapi di Pasar Argosari, Wonosari, harga tersebut mempengaruhi, tingkat penjualan daging.
"Sekarang karena harga sapi sangat murah, orang lebih memilih membeli sapi dan memotong sendiri, daripada, membeli dagingnya," katanya
Takut NII, warga Tolak Tarikat Naqsabandiyah
Takut NII, warga Tolak Tarikat Naqsabandiyah
GUNUNGKIDUL- Maraknya pemberitaan tentang pendirian Negara Islam Indonesia (NII) membuat masyarakat semakin proaktif terhadap aliran baru yang akan masuk kedaerahnya, termasuk terhadap Tarikat Naqsabandiyah yang mencoba mendirikan tempat ibadah dan menghentikan segala bentuk kegiatan di Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta.
Dari informasi yang diperoleh, Yayasan Qiblatul Ammin yang mengelola Tarikkat Naqsabandiyah masuk di Patuk awal April lalu, sudah melakukan kegiatan setiap malam minggu untuk menggelar Dzikir dengan pintu dan lampu mati. Tidak ada warga sekitar yang mengikuti kegiatan itu menyebabkan kecurigaan terhadap aliran tersebut.
“setiap malam minggu didatangi banyak orang yang berasal dari luar daerah, bahkan adzannya pukul 21.00, kami takut itu bagian dari NII”kata Kardimin Ketua BPD desa Beji saat pertemuan warga dengan Yayasan Qiblatul Ammin Rabu 27/4/2011
Ia menambahkan, kecurigaan warga bertambah ketika masjid warga Beji melakukan sholawat, di rumah itu melakukan Dzikir dan dijaga ketat oleh dua sekuriti. Pembangunan rumah kecil dilakukan sejak 18 Februari. Dan puncaknya Sabtu malam 23 April sempat terjadi ketegangan antara warga dan pengikut Tarikkat Naqsabandiyah, polisi sempat mengamankan seluruh jamaah kepolsek Patuk.
“awalnya ijin pendirian rumah itu hanya untuk Bedeng yang berguna menyimpan barang-barang untuk kerja bakti, namun dalam perkembangannya digunakan untuk beribadah”imbuhnya
Sementara pihak Yayasan yang diwakili oleh Sumadi sebagai Dai, mengaku meminta maaf atas segala keresahan masyarakat akibat kegiatannya tanpa ijin dan dianggap mengganggu ketentraman.
“kami meminta maaf atas kegiatan kami yang dianggap meresahkan warga dan kami akan segera menghubungi pusat untuk menindak lanjuti permintaan warga”katanya
Pihaknya menyangkal jika aliran Tarikkat Naqsabandiyah merupakan aliran sesat dan berhubungan dengan NII.
“saat erupsi merapi kami juga diminta untuk berdoa disana, dan kami sudah mengantongi ijin dari MUI dan departemen Hukum dan HAM” bebernya
Hasil pertemuan warga, TNI, Polisi, Muspika dan yayasan Qiblatul Ammin menyebutkan bahwa warga Beji menolak berdirinya tempat ibadah oleh yayasan. Dan warga meminta pihak desa mencabut ijin yang sudah dikeluarkan.
“kalau mau dibangun rumah, atau pertokoan silakan namun kami menolak untuk mendirikan masjid, karena didekatnya sudah ada masjid milik warga dan bebas digunakan”tegas camat Patuk Budihartono.
Langganan:
Postingan (Atom)